Suka Cita dengan Nabi Muhammad SAW

Published by Ponpes Anwarul Huda on

Oleh: Fahmi Fardiansyah.

“Sesungguhnya Allah telah memberi karu-nia kepada orang-orang beriman ketika Dia mengirim kepada mereka seorang ra-sul dari kalangan mereka sendiri” (Q.S Ali Imran (3) ayat 164).

            Ada satu pertanyaan menarik simple namun jarang ditanyakan, yakni manakah yang lebih utama antara hari raya dan maulidu ar-rasuli shallahualaihiwasalam?

            Adalah maulid ar-rasuli itu lebih mulya dan utama ketimbang hari raya, karena semua perkara agama Islam terkumpul dalam kelahiran akmalul mukammal sayyidina Muhammad shallahualaihiwasalam. Andaikan Rasul tidak dilahirkan pada hari senin, Rabiul Awwal, tahun gajah, pastilah risalah Islam tidak ada di dunia ini. Tidak ada yang namanya hari raya, tidak ada yang namanya isra’ wa mi’raj, tidak ada yang namanya sholat maktubah, tidak ada yang namanya shiyam pada bulan Ramadlon, tidak ada yang namanya zakat, nafkah, infaq, dan shodaqah, dan tidak ada pula yang namanya haji ke baitullah. Sehingga kelahiran Rasul adalah sumber panca-ran wujudnya risalah agama.

            Berkata as-Sayyid Muhammad Amiin Kutby rahimahullah wa ardlohu:

Wahai malam senin apa yang telah menyentuh-mu,// Yang menjadikanmu mulya, wangi, lagi berkecukupan (akan kebaikan),// Semua malam-malam yang terasa indah di dunia itu karena-mu,// Semua bersandar padamu maka engkau adalah kunci semua kebaikan,// Maka semua ketentuan, hari raya, miraj,//Berasal darimu yang menakjubkan kami.

            Siapakah yang pertama kali memba-ngun pondasi memperingati lahirnya akramul ar-rasul shallahualaihiwasalam?

            Tidak lain adalah Rasulullah shallahu-alaihiwasalam sendiri yang memulai memperi-ngati kelahirannya dengan berpuasa di setiap hari senin. Ketika Rasul shallahualaihiwasalam ditanya tentang kebiasaan puasanya dihari senin, beliau menjawab: “di hari itu (senin) aku dilahirkan”.

            Lantas, apakah bersyukur atas kelahiran akramul al-khalq shallahu-alaihiwasalam cukuplah dengan berpuasa di hari senin pada setiap minggunya?

            Tidak, hadits ini tidak bersifat anjuran melainkan bentuk inisiatif Rasul shallahualaihiwasalam sendiri untuk melakukan puasa dengan makna Rasul Shallahualaihiwasalam bersyukur dengan melakukan suatu amal kebaikan. Sehingga sekarang, untuk mensyukuri kelahiran Nabi Sayyidina Muhammad shallahualaihiwasalam yang dengan kelahirannya menjadi sumber kebaikan Islam tidak dibatasi dengan berpuasa saja, namun bisa dengan melakukan keba-jikan-kebajikan agama. Seperti, memberi makan kepada orang fakir dan miskin, bershodaqah untuk pembangunan masjid dan sekolah, mengingat perilaku-peri-laku Sayyidina Muhammad shallahualaihiwasalam sewaktu masih hidup, dan kebajikan-kebajikan lainnya.

            Kemudian, kenapa harus bersyukur dengan kelahiran Nabi Muhammad shallahualaihiwasalam?

            Atas apa yang telah dikabarkan Allah azza wa jall,

“Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Dia mengirim kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri” (Q.S Ali Imran (3) ayat 164).

            Dengan karunia inilah kita bersyukur dan bersuka cita,

“Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya maka dengan hal itu hendaklah mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan”(Q.S Yunus (10) ayat 58).

Allah azza wa jall telah menjadikan Sayyidina Muhammad sebagai karunia-Nya, dan dengan karunia Allah hendaklah umat Islam kemudian bergembira dengan dengan cinta kepadanya, rindu bertemu dengannya, memohon kepada Allah agar mata, telinga, dan mulut mereka diberi oleh Allah perlindungan dari kemaksiatan agar mata, telinga, dan mulut  tersebut dipersiapkan memandang keindahan wajah Rasul shallahualaihiwasalam, mendengar suara merdu Rasul shallahualaihiwasalam, dan meminum air sejuk nan menenangkan dari telaga Rasul shallahualaihiwasalam.

            Sungguh indah apa yang diriwayatkan Bukhori, bahwa Abu Lahab diringankan siksanya di setiap hari senin dengan keluarnya air dari jari-jarinya, karena ia bergembira akan lahirnya Nabi Muhammad shallahualaihiwasalam dulu, hingga ia membebaskan budaknya Tsuwaibah yang memberikan kabar gembira atas lahirnya keponakan laki-laki dari adiknya Abdullah.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *