Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Published by Ponpes Anwarul Huda on

Oleh: Wildan Zulfikri

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali”

Luqman : 14

Islam telah mengajarkan kepada para penganutnya agar selalu berbuat baik, terlebih lagi kepada kedua orang tua (Birrul Walidain), yang mana mereka telah melahirkan, membesarkan dan merawat kita dari kecil menjadi seorang muslim dewasa. Sebagai muslim kita harus berbakti kepada kedua orang tua terutama kepada ibu kita serta jangan sampai menyakiti hati, membohongi dan menyia-nyiakan kepercayaan mereka . Berbakti kepada orang tua dituntut dalam setiap keadaan dan waktu., akan tetapi sangat ditekankan jika keduanya telah lanjut usia atau dalam keadaan sangat membutuhkan orang yang memperhatikan keduanya dan memenuhi segala kebutuhan keduanya seperti Firman Allah Swt :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (Allah) dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepadanya dengan perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. Al-Isra : 23

Al-faqih Abu Laits As-Samarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin menyebutkan dalam menafsirkan QS Al-Isra ayat 23 diatas sahabat Ibnu Abbas Radiyallahu’anhuma menjelaskan bahwa maksud daripada berbakti kepada orang tua adalah senantiasa bersikap baik dan lemah lembut kepadanya, dan bilamana keduanya atau salah satu dari mereka telah berusia renta, maka janganlah sekali-kali menyakiti hatinya dengan perkataan yang menyakitkan serta janganlah pernah bosan di dalam melayani dan menjaganya pada usianya yang senja, karena mereka telah memelihara dan menjaga kita dari kecil hingga tumbuh menjadi manusia dewasa.

Berbakti kepada orang tua juga termasuk amal yang paling utama dan perbuatan yang mulia disisi Allah Swt. Seperti yang diceritakan dari sahabat ‘Ibnu Mas’ud :

Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah (HR.Bukhari)

Orang tua kita telah merawat kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah. Demikian juga ketika melahirkan, ibu kita mempertaruhkan jiwa dan raganya antara hidup dan mati, kemudian ketika kita telah terlahir kedunia seorang ibu lah yang menyusui kita kemudian membersihkan kotoran kita. Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan oleh orang lain. Ibu kita selalu menemani ketika kita terjaga dan menangis baik di pagi, siang atau malam hari.  Apabila kita sakit tidak ada yang bisa menenangkan kita dengan ikhlas saat menangis kecuali ibu kita. Sementara Ayah kita juga berusaha bekerja dan memberikan nafkah kepada kita dengan hasil jerih payah nya  agar kita dapat hidup dengan layak. Maka dari itu sudah sewajarnya kita sebagai seorang anak harus membalas jasa-jasa mereka dengan memenuhi hak-hak atas mereka. Disebutkan dalam Kitab Tanbihul Ghafilin terdapat 10 hak orang tua yang wajib dipenuhi oleh seorang anak :

  1. Bilamana keduanya membutuhkan makanan, maka berilah.
  2. bilamana keduanya membutuhkan pakaian, maka berilah selagi mampu
  3. bilamana keduanya membutuhkan pertolongan, maka tolonglah
  4. bilamana keduanya memanggil, maka penuhilah panggilannya
  5. bilamana keduanya memerintahkan sesuatu kepada anak selama hal itu tidak berupa kemaksiatan kepada Allah, maka patuhilah
  6. berbicaralah dengan lemah lembut, sopan dan tidak dengan kata-kata yang dapat menyakiti hati keduanya.
  7. Jangan memanggil dengan sebutan nama kecil mereka
  8. berjalanlah dibelakang keduanya dan jangan mendahuluinya
  9. berbuatlah sesuatu yang menyenangkan keduanya, sebagaimana kamu senang berbuat kesenangan untuk dirimu sendiri. Dan jauhkanlah segala sesuatu yang menjadi kebencian mereka, sebagaimana kamu menjauhkan dirimu dari apa yang kamu benci.
  10. berdoalah untuk keduanya dan mohonkanlah ampunan kepada Allah, sebagaimana doa Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim “Wahai Tuhan Kami, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan segenap umat muslim laki-laki maupun perempuan (kelak) pada hari pembalasan”

Namun bagaimana jika kedua orang tua kita telah meninggal atau salah satu dari mereka meninggal ? Bagaimana cara kita berbakti kepada mereka ?.

Dalam hal ini Dari sahabat Al-Mughirah Rasulullah Saw bersabda :

Sungguh termasuk bakti yang paling baik baik, yaitu seseorang yang menghubungkan silaturrahmi dengan teman sejawat ayahnya yang telah tiada. (HR. Bukhari dan Muslim : dalam Kitab Mukhtarul Ahaadits)

kemudian Rasulullah pernah ditanya oleh seseorang:

“Wahai Rasulullah, apakah ada suatu jalan yang bisa memungkinkan saya membaktikan diri kepada kedua orang tua sepeninggal mereka?”. Rasulullah menjawab : “Ya masih ada, mendoakan keduanya, melaksanakan janjinya setelah mereka mati, mempererat hubungan silaturahmi yang telah dirintis oleh keduanya dan menghormati teman-teman keduanya (HR. Abu Daud dan Ibnu Majjah.)”

            Hadits diatas menerangkan bahwa berbakti kepada orang tua tidak terbatas hanya ketika orang tua masih hidup. Setelah orang tua meninggal dunia, pintu untuk berbakti kepada mereka bagi seorang anak masih tetap terbuka. Kemudian sebagai seorang muslim kita dilarang menyakiti atau berbuat dzalim kepada kedua orang tua “Uququl walidain”, baik berupa ucapan yang menyakitkan hati maupun perbuatan yang dapat melukai fisik kedua orang tua

Diantara perhatian Allah kepada kedua orang tua bahwa Allah telah menjadikan kata-kata sang anak kepada kedua orang tuanya “ ah” dengan tujuan membentak adalah suatu larangan serta bentuk kemaksiatan seperti yang di sebutkan  QS Al-Isra : 23 diatas. Hal ini menunjukan bahwa betapa besar larangan untuk tidak menyakiti hati orang tua karena hanya mengucapkan kata “ah” saja sudah dilarang karena hal tersebut bisa membuat hati orang tua sakit dan kecewa apalagi sampai memaki, menelantarkan, dan memukul dan tidak memberi nafkah kepada mereka apabila dalam kesulitan ekonomi, karena yang demikian itu merupakan dosa yang sangat besar.

Rasulullah Saw bersabda :

“Semua perbuatan dosa (balasannya) ditangguhkan oleh Allah Swt sesuai kehendak-Nya hingga hari kiamat, kecuali dosa menyakiti kedua orang tua, karena sesungghnya azab perbuatan tersebut disegerakan atas pelakunya sewaktu ia masih hidup, sebelum mati” (HR. Imam Thabrani : dalam kitab Mukhtarul Ahadits)

            Diantara dosa-dosa yang disegerakan siksaannya di dunia ini disamping azab yang pedih di akhirat nanti ialah menyakiti kedua orang tua atau salah seorang dari keduanya. Dapat disimpulkan dari hadits diatas bahwa dosa menyakiti orang tua adalah merupakan dosa besar karena hukumannya yang sangat berat, sebagian disegerakan didunia dan kemudian hari di akhirat. Atas dasar keterangan diatas, patutlah kita berhati-hati dalam menjaga hati kedua orang tua karena yang demikian itu bukanlah sekedar peringatan saja namun memang benar-benar terjadi.

Di ceritakan ada sebuah kisah dari zaman Rasulullah Saw, diceritakan ada seorang pemuda yang bernama Al-Qamah, Ia adalah seorang pemuda yang rajin beribadah, bersedekah dan beramal shalih pada sesama. Suatu hari Al-Qamah mengalami sakit keras hingga membuat istrinya mengutus orang untuk memberi tahu keadaan suaminya kepada Rasulullah Saw, mendengar kabar tersebut Rasulullah Saw mengutus beberapa sahabat salah satunya sahabat Bilal bin Rabbah untuk pergi ke rumah Al-Qamah dan menuntunnya membaca kalimat “Laa ilaha Illallah”. Sesampainya dirumah Al-Qamah para sahabat langsung mentalqin-nya karena Al-Qamah sudah dalam keadaan naza’ namun Al-Qamah tidak dapat mengucapkan kalimat tersebut bahkan sepatah kata pun.

Melihat kondisi tersebut Sahabat langsung melapor pada Rasulullah Saw, beliau langsung menanyakan apakah Al-Qamah masih memiliki orang tua, kemudian salah satu dari mereka menjawab bahwa Al-Qamah masih memiliki seorang ibu yang sudah tua renta. Akhirnya Rasulullah mengutus seseorang untuk menemui ibu Al-Qamah untuk menemui Rasulullah Saw jika mampu berjalan, jika tidak maka Rasulullah Saw yang datang langsung kepadanya. Setelah mendengar kabar dari seorang yang diutus, ibu Al-Qamah akhirnya memilih untuk menemui sendiri Rasulullah Saw.

Setelah keduanya bertemu Rasulullah Saw bertanya kepada Ibu Al-Qamah bagaimana sikap Al-Qamah kepada ibunya. Si Ibu menjawab Al-Qamah adalah anak yang taat beribadah namun ia telah menelantarkan dan menyakiti hatinya karena lebih mementingkan istri daripada ibunya sendiri, karena itu ibu Al-Qamah marah sehingga mengaggap Al-Qamah adalah seorang yang telah durhaka kepada ibunya dan tidak sudi memaafkan kesalahannya sampai kapanpun. Mendengar jawaban tersebut Rasulullah memerintahkan sahabat Bilal mengumpulkan kayu untuk membakar Al-Qamah dihadapan ibunya. Tapi sang ibu mengatakan jika ia tidak mau melihat anaknya dibakar, Kemudian Rasulullah bersabda bahwa sang ibu harus rela dan memaafkan Al-Qamah jika si ibu Ingin Allah Swt mengampuni dosa anaknya dan menghindarkanya dari siksa yang pedih baik di dunia maupun akhirat, akhirnya sang Ibu memaafkan anak nya tersebut dan ridha pada anakya Al-Qamah. Kemudian Rasulullah Saw mengutus Sahabat Bilal untuk melihat keadaan Al-Qamah dan Bilal mendengarnya mengucapkan kalimat “La Ilaha Illallah”,lalu meninggal dunia.

Demikianlah kisah dari Al-Qamah seorang yang taat beribadah namun karena berdosa menyakiti hati ibunya Allah memberikan azab di dunia berupa susahnya mengucap kalimat “Lailaahaillah” saat ajal menjemput , namun betapapun sakitnya hati seorang ibu Al-Qamah, akhirnya ia tetap memaafkan Al-Qamah karena tidak tega dengan keadaan Al-Qamah dan ridha atas Al-Qamah sehingga ia bisa dimudahkan kembali saat ajal nya dan bisa meninggal dunia.

Kesimpulan

            Sebagai seorang muslim selain taat beribadah kepada Allah Swt hendaklah kita selalu berbakti kepada orang tua baik orang tua kita masih hidup maupun telah meninggal. Jangan sampai menyakiti hati mereka apalagi memukul atau menelantarkan mereka. Karena ridha Allah Swt tergantung kepada keridhaan orang tua. Sebagaimana Sabda Nabi Saw :

“Ridha Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua” (HR.Bukhari)

Apabila mereka menyuruh kita terhadap perbuatan yang melanggar syari’at atau kurang pas menurut kita, sebisa mungkin kita menolaknya dengan cara yang sopan dan halus. Jangan sampai membuat mereka marah apalagi sedih dan kecewa. Jika tidak maka bersiap-siaplah terhadap adzab pedih dunia dan akhirat yang akan menimpa kita. Naudzubillah.

 


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *