JIWA MERDEKA K.H. ABDUL WAHAB HASBULLAH (Sebuah Biografi dan Perjuangan K.H. Abdul Wahab Hasbullah)

Published by Ponpes Anwarul Huda on

Keterlibatan ulama atau tokoh-tokoh agama Islam dalam perjuangan merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, telah banyak terekam dalam lembaran sejarah Indonesia. Salah satu Ulama yang semangat dan jejak juangnya yang pantas diteladani adalah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Selain salah satu pendiri organisasi Nahdlatul Ulama yang berjiwa aktivis dengan julukan sang singa podium dari Jombang, Beliau juga dikenal sebagai ulama sekaligus politisi dan cendekiawan yang kontroversial.

Sosok  K.H. Abdul Wahab Hasbullah telah mengukir sejarah yang gemilang dalam meletakkan prinsip-prinsip agama dan kehidupan sebagai kunci dan pegangan hidup bermasyarakat dan bernegara. Berbagai macam prestasi perjuangannya telah diraihnya dengan cemerlang. Perannya di semua lini kehidupan, politik, budaya, hingga agama menjadikannya sebagai kiai multikultural yang menjadi tokoh simbol perjuangan anak bangsa. Video ini akan mengisahkan jejak perjuangan terahadap Islam dan Negara sang singa podium K.H. Abdul Wahab Hasbullah.

Syair Ya Lal Wathon yang sering dilantunkan oleh kalangan Nahdliyyin merupakan karya Kyai Abdul Wahab Hasbullah. Dengan semangat syair ya lal wathon inilah, beliau berhasil menumbuhkan rasa nasionalisme para santri demi melawan para penjajah belanda maupun jepang. Bersama dengan Hadhratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari juga Kyai Abdul Wahab Hasbullah turut mendirikan organisasi besar di Indonesia Nahdlatul Ulama’ dan mereka juga kerap berperan membentuk MIAI atau Majelis Islam Ala Indonesia pada masa penjajahan Belanda, hingga Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) pada masa penjajahan Jepang.

Selain perjuangannya sebelum kemerdekaan, pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Kyai Wahab bersama Hadhratus Syaikh KH.Hasyim Asy’ari  dan Kyai Abbas Cirebon dengan Nahdlatul Ulamanya merumuskan Resolusi Jihad sebagai dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan. Sesudah KH.Hasyim Asy’ari meninggal dunia, Kiai Wahab menjadi Rais ‘Am NU. Beliau meningkatkan dukungan NU kepada Pemerintah Indonesia dalam memenangi perang melawan para penjajah dan para pemberontak negara. Kesadaran akan pentingnya kemerdekaan, telah lama menjadi kesadaran yang dihayati dan diperjuangkan oleh banyak ulama, tidak terkecuali oleh K.H. Abdul Wahab Hasbullah

Abdul Wahab Chasbullah atau yang biasa dipanggil dengan Mbah Wahab lahir di kota Jombang, pada tanggal 31 Maret 1888. Beliau merupakan putra pasangan KH. Hasbullah Said, Pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, dengan Nyai Latifah. KH. Wahab Hasbullah berasal dari keturunan Raja Brawijaya IV dan bertemu dengan silsilah KH. Hasyim Asy’ari pada Kiai Abdus Salam bin Abdul Jabar bin Ahmad bin Pangeran Sumbu bin Pangeran Benowo bin Jaka Tingkir.

Sosok Kyai Wahab Hasbullah ini merupakan tipikal santri muda dan ulama yang bercita-cita tinggi. Sejak kecil KH. Abdul Wahab Hasbullah menghabiskan masa pendidikannya di pondok pesantren. Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecil K.H. Abdul Wahab Hasbullah yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Selama enam tahun awal pendidikannya, beliau dididik langsung oleh ayahnya, baru ketika berusia 13 tahun, Kyai Wahab Hasbullah merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya selama 20 tahun.

Di antara pesantren yang pernah disinggahi Mbah Wahab Hasbullah adalah Pesantren Langitan Tuban, Pesantren Mojosari, Nganjuk, Pesantren Cempaka, Pesantren Tawangsari, Sepanjang, Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura dibawah asuhan KH. Kholil Bangkalan, Pesantren Branggahan, Kediri, Pesantren Tebuireng, Jombang dibawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Selain di tanah Jawa, K.H. Abdul Wahab Hasbullah juga memperluas pencarian ilmunya hingga ke tanah Arab. di Tanah Suci Mekkah inilah beliau belajar kepada Syekh Mahfud Tremas, Ahmad Khatib Minangkabawi, Syekh Bakiq al-Jugjawi, Kiai Muhtarom Banyumas, Kyai Asy’ari Bawean, dan Syekh Said Al-Yamani.

Meskipun jauh di negeri orang dan masa belajar, Kyai Wahab memiliki perhatian besar terhadap kondisi tanah airnya Indonesia yang masih dalam jajahan Belanda. Sembari menimba ilmu ke berbagai ulama beliau juga menjadi anggota Sarekat Islam pimpinan Tjokroaminoto. Selepas pulang menuntut ilmu di Tanah Suci Mekkah, Kyai Wahab tidak langsung menetap di Tembakberas. Beliau memilih tinggal di Surabaya. Di situlah beliau bergaul dengan berbagai kalangan.

Pada tahun 1914, ketika K.H. Abdul Wahab Hasbullah kembali ke Indonesia, beliau bersama Mas Mansoer medirikan madrasah. Hingga tahun 1941 beliau juga kerap mendirikan Tashwirul Afkar yaitu suatu kelompok diskusi dan sebuah wadah perdebatan yang bukan hanya tentang agama, akan tetapi juga mengenai persoalan-persoalan nasional. Selain mendirikan Tashwirul Afkar, beliau juga kerap mendirikan Nahdlatut Tujjar hingga Nahdlatul Wathan di Surabaya. Selain bertujuan untuk mengusir belenggu penjajahan Belanda, dari organisasi Nahdlatul Wathan inilah, K.H. Abdul Wahab Hasbullah telah berhasil mendirikan beberapa madrasah atau sekolah di berbagai daerah, antara lain, Madrasah Ahloel Wathan di Wonokromo, Madrasah Far’oel Wathan di Gresik, Madrasah Hidayatoel Wathan di Jombang, dan Madrasah Khitaboel Wathan di Surabaya.

Tidak hanya bergiat dalam dunia pendidikan, sosok K.H. Abdul Wahab Hasbullah ini juga merupakan tokoh yang sangat peduli dengan perkembangan masyarakat, Pada tahun 1926 misalnya, saat pergerakan tanah air tengah masih terjajah Belanda, K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan para ulama lainnya seperti K.H. Bisri Syansuri dan K.H. Hasyim Asyari memprakassai berdirinya Nahdlatul ulama atau NU atau kebangkitan ulama. Lewat NU, Kyai Abdul Wahab Hasbullah bersama K.H. Hasyim Asyari dan ulama lain tak hanya berperan besar dalam mengorganisir dan menyetukan umat islam. Dalam perkembangannya kemudian, NU juga ikut berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan nasional.

Selain mendirikan gerakan Pemuda Asnor yang lahir dari Rahim Nahdhatul Ulama, pada masa penjajahan Belanda, NU tidak terlibat dalam kegiatan politik dikarenakan misi awal pendirian NU bukan sebagai partai politik. Namun campur tangan Belanda terhadap bidang keagamaan, tidak dapat dibiarkan begitu saja, akhirnya tindakan Belanda ini menuai respon dari berbagai ulama dan organisasi Islam. Karena hal itu KH. Abdul Wahab Hasbullah memprakasai membentuk sebuah kerangka kelembagaan untuk menyatukan komunikasi dan musyawarah dengan teratur.  Lembaga ini dinamakan Majlis Islam Ala Indonesia yang dibentuk di kota Surabaya pada 21 September 1937 yang berisikan berbagai organisasi Islam, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Partai Sarekat Islam. Setelah itulah Nahdlatul Ulama masuk hitungan sebagai gerakan politik.

Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Selain mendirikan Masyumi sebagai ganti dari MIAI, Kyai Wahid Hasyim dan Kyai Wahab Hasbullah bersama ulama lainnya berkonstribusi membebaskan K.H. Hasyim Asy’ari pada tanggal 18 Agustus 1942, saat 4 bulan sebelumnya dipenjara dan diisiksa oleh Jepang karena menolak melakukan Seikerei.

Saat Jepang kalah perang dan menyerah kepada sekutu, KH. A. Wahab Hasbullan bersama Kyai Hasyim tanpa ragu langsung menyatakan dukungan terhadap Negara kesatuan Republik Indonesia yang dproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh soekarno hatta. Dukungan ini kemudian dibuktikan oleh KH Abdul Wahab Hasbullah dan para ulama serta kalangan santri dengan keterlibatan mereka dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober 1945 misalnya ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa (Surabaya). Dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Abdul Wahab Hasbullah bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945. Fatwa jihad atau resolusi jihad ini mengobarkan para santri, ulama dan umat islam untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut.

Selain para santri dan ulama, orang-orang perdesaan, bahkan pejuang di berbagai wilayah di luar Surabaya yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung asalnya bergabung dalam laskar Hizbullah dan Sabilillah bentukan Kyai Hasyim untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.

Seiring berjalannya waktu, pada masa Revolusi, atau masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia presiden Sukarno mengangkat pejabat dari tokoh NU KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai Dewan Pertimbangan Agung karena presiden mengakui kualitas dan wawasan KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai ulama dan negarawan.

Selain berkontribusi menarik NU dari Masyumi, K.H. Abdul Wahab Hasbullah masih memiliki charisma dan kualitas. Dengan kemampuan bicara, orasi dan berani melakukan gerakan-gerakan yang selalu saja menyelesaikan persoalan-persolan yang bukan hanya dalam bidang agama, bahkan hingga masalah nasional.

Sosok KH Wahab Hasbullah memiliki ciri khas dalam memperjuangkan prinsip yang diyakininya dalam membangun demokrasi. Berbagai perjuangan yang telah dipelopori oleh KH Abdul Wahab Hasbullah telah membekas terhadap kaum Islam dan Negara Indonesia.

Muktamar NU ke 25 adalah muktamar terkair yang telah diikutinya. Sebelum wafat, KH Wahab Hasbullah pernah berdoa agar di hari terakhir hidupnya dapat memberikan suara pilihannya kepada Nahdlatul Ulama dan mengikuti muktamar. Sebenarnya, pada waktu itu beliau dalam keadaan sakit. Akan tetapi jiwanya tidak pernah sakit, menyadari bahwa jabatan yang baru dipercayakan kembali oleh Muktamirin itu tidak lain tidak bukan adalah tanggung jawab dunia dan akhirat.

Tepat, 4 hari setelah Muktamar NU ke 25, tepatnya pukul 10:00 WIB 29 Oktober 1971, KH Abdul Wahab Hasbullah wafat di kediamannya di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Kurang lebih 10 juta warga Nadliyiin menyambutnya dengan tangis kehilangan. Wafatnya KH Wahab Hasbullah meninggalkan jejak sejarah harum bagi NU yang berjuang untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa Indonesia. Atas jasa kiprahnya terhadap Islam dan pengabdiannya kepada Negara dengan mempertahakan Negara kesatuan Republik Indonesia, akhirnya presiden Joko widodo pada tahun 2014 menetapkan K.H. Abdul Wahab Hasbullah sebagai pahlawan nasional.


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *