GERHANA BULAN TOTAL MALAM 15 SYAWWAL 1442 H / 26 MEI 2021 DI INDONESIA
Pada malam Kamis Pon 15 Syawwal 1442 H yang bertepatan dengan 26 Mei 2021 M
dalam Almanak Hijriyyah Nahdlatul Ulama, akan terjadi peristiwa langit berupa Gerhana
Bulan Total. Gerhana Bulan jenis ini mudah dibedakan dengan ketampakan Bulan purnama
biasa secara kasatmata. Sehingga diikuti dengan penyelenggaraan shalat Gerhana Bulan.
Ketampakan Gerhana Bulan Total 15 Syawwal 1442 H akan terjadi pada seluruh lokasi di
Indonesia. Meskipun durasi ketampakan gerhana dan fase–fase gerhana yang bisa
disaksikan berbeda–beda untuk masing–masing lokasi bergantung kepada koordinat
lintang dan bujur.
Gerhana Bulan (al–khusuf al–qamar) terjadi saat Bumi, Bulan dan Matahari benar–
benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga–dimensi dengan Bumi
berada di antara Bulan dan Matahari. Dalam khasanah ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi
bersamaan dengan oposisi Bulan–Matahari (istikbal) dengan Bulan menempati salah satu
di antara dua titik nodalnya. Titik nodal merupakan titik potong khayali di langit dimana
orbit Bulan tepat memotong ekliptika (masir asy–syams), yakni bidang edar orbit Bumi
dalam mengelilingi Matahari.
Sebagai akibat kesejajaran tersebut maka pancaran sinar Matahari yang menuju ke
bundaran Bulan akan terhalangi oleh Bumi. Maka peristiwa Gerhana Bulan selalu terjadi
di malam hari. Karena ukuran Bumi lebih besar dibanding Bulan dan bergantung kepada
geometri pemblokiran sinar Matahari saat gerhana, maka bagian Bumi manapun yang
sedang mengalami malam hari dapat menyaksikan peristiwa Gerhana Bulan. Meski
geometri gerhana menyebabkan adanya fase awal gerhana dan fase akhir gerhana, sehingga
ada kawasan yang tak mengalami seluruh fase gerhana secara utuh karena gerhana terjadi
dalam proses terbit maupun terbenamnya Bulan.
Dalam setiap tahun Hijriyyah terjadi 12 peristiwa istikbal, namun tidak setiap istikbal
menghasilkan Gerhana Bulan. Sebab orbit Bulan membentuk sudut 5º 14’ terhadap
ekliptika sehingga Bulan tidak selalu menempati salah satu di antara dua titik nodalnya
manakala istikbal terjadi. Situasi dimana istikbal terjadi bersamaan dengan Bulan
menempati atau berdekatan dengan salah satu titik nodalnya hanya terjadi minimal 2 kali
dan maksimal 4 kali dalam setiap tahun Hijriyyah.
Terdapat tiga jenis Gerhana Bulan. Yang pertama, Gerhana Bulan Total (GBT). Terjadi
saat Bulan berada di titik nodal kala istikbal. Sehingga cakram Bulan tepat sepenuhnya
memasuki kerucut bayangan inti (umbra) Bumi di puncak gerhana. Dalam konfigurasi ini
cahaya Matahari yang terblokir Bumi membentuk dua bayangan, yaitu umbra (bayangan
inti) dan penumbra (bayangan tambahan). Pada puncak gerhana, ketampakan Bulan
seakan–akan sangat meredup di langit, berganti menjadi warna merah gelap ataupun gelap
sepenuhnya yang bergantung kepada derajat pengotoran udara global pada saat itu.
Yang kedua, Gerhana Bulan Sebagian (GBS) atau Gerhana Bulan Parsial. Mirip GBT,
ia juga terjadi saat Bulan berada di titik nodal kala istikbal namun tidak seluruh cakram
Bulan memasuki kerucut bayangan inti (umbra) Bumi di puncak gerhana. Pada konfigurasi
ini cahaya Matahari yang terblokir Bumi juga akan membentuk dua bayangan, yaitu umbra
dan penumbra. Pada puncak gerhana, ketampakan Bulan seakan–akan berubah menjadi
perbani (separo) atau sabit tebal, yang bergantung kepada geometri gerhana pada saat itu.
Dan yang ketiga, Gerhana Bulan Penumbral (GBP) atau Gerhana Bulan Samar.
Berbeda dengan GBT dan GBS, GBP terjadi saat istikbal namun Bulan tidak
bersinggungan sama sekali dengan kerucut bayangan inti (umbra) Bumi. Cakram Bulan
hanya memasuki kerucut bayangan tambahan (penumbra) Bumi, baik seluruhnya maupun
sebagian saja. Dan pada puncak gerhana, ketampakan Bulan sangat sulit dibedakan dengan
Bulan purnama biasa kecuali oleh perukyat (pengamat) yang berpengalaman. Perukyat
berpengalaman akan menyaksikan bagian tertentu Bulan sedikit lebih gelap dibanding
bagian lainnya di puncak gerhana. Dalam literatur falak klasik, Gerhana Bulan seperti ini
disebut khusuf asy–syabahi seperti disebutkan dalam kitab Irsyadul Murid karya KH
Ghozali Fathullah.
0 Comments