ISRA’ MI’RAJ SEBAGAI SEBUAH MUKJIZAT
Oleh: KH. M. Baidowi Muslich
Dalam suasana memperingati hari Isra’ Mi’raj, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT, dengan harapan mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat. Taqwa merupakan wasiat Allah Rabbul ‘Alamin kepada seluruh umat manusia sejak zaman dahulu kala, sejak manusia hidup hidup di zaman permulaan sampai sekarang, bahkan sampai masa-masa yang akan datang, ketika manusia hidup di penghujung zaman menjelang hari kiamat tiba. Allah menegaskan dalam kitab suci-Nya
“…dan sungguh Kami telah meme-rintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah… “(QS An-Nisa: 131)
Maka berbahagialah, orang-orang yang bertaqwa, dan celakalah orang-orang yang durhaka. Orang yang bertaqwa akan hidup bahagia selamanya, walaupun dia sudah mati meninggalkan kehidupan dunia. Sebaliknya orang yang durhaka hakikatnya dia sudah mati walaupun jantungnya masih berdetak dan menjalani kehidupan didunia.
Dia akan sengsara selama-lamanya. Demikian kata Busyral Hafi dalam syairnya
“Wafatnya seorang yang bertaqwa adalah seperti saat hidupnya tiada habis-habisnya dia hidup. Sungguh kami itu telah meninggal tetapi dimata manusia dia tetap hidup.”
Setiap mukmin dengan mudah dapat meyakini bahwa semua mukjizat yang dimiliki oleh seorang Nabi atau Rasul itu jelas menunjukkan kebenaran Rasul tersebut sebagai utusan Allah.
Allah SWT dengan kekuasaan-Nya yang mutlak tanpa batas dan kehendak-Nya yang tidak bisa dihalangi – baik diminta maupun tidak – mampu melaksanakan hal-hal yang luar biasa terhadap seorang Nabi atau Rasul-Nya. Semuanya itu untuk menunjukkan kepada manusia bahwa sang Nabi adalah benar-benar seorang utusan Allah.
Nabiyullah Ibrahim AS yang tidak terbakar sedikitpun oleh api yang dinyalakan berhari-bari oleh Raja Namrudz. Nabiyullah Daud AS yang mampu meluluhkan besi dengan tangannya, sedang gunung dan burung-burung bisa membaca tasbih bersama Nabi Daud AS Nabiyullah Sulaiman AS mampu menundukkan angin, memerintahkan jin, dan berdialog serta berbicara dengan binatang. Nabiyullah Musa AS mampu menyibak air peradabannya, maka Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT dengan bukti-bukti yang nyata berupa macam-macam mukjizat yang mampu menjawab berbagai tantangan kemajuan zaman.
Kalau kemampuan manusia dewasa ini yang dianggap paling tinggi nilainya dan paling mahal harganya adalah teknologi ruang angkasa, ternyata bila dibandingkan dengan mukjizat Al-Qur’an dan peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, akan tampak bahwa kemajuan umat manusia dewasa ini belum seberapa. Walaupun dengan perkembangan ilmu pengetahuan ruang angkasa itu, manusia mencoba untuk menembus batas atmosfer bumi dan masuk kedalam ruang hampa udara, serta berusaha untuk mencari planet lain seperti Mars sebagai tempat hunian baru. Sebab kita sependapat tentunya, bahwa nilai atau harga dari sesuatu itu betapapun hebatnya adalah dilihat dari segi manfaatnya bagi kehidupan umat manusia.
Kita meyakini bahwa mukjizat Al-Qur’an Nabi akhir zaman ini telah mambawa manusia selamat dengan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya. Adapun peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa ghaib sekaligus mukjizat terbesar yang belum pernah diberikan dan diperlihatkan kepada siapa pun selain Nabi Muhammad SAW.
Kepergian Rasulullah ke Sidratil Muntaha, langit tertinggi dan malampaui alam-alam nasut, malakut, dan jabarut, dan pada akhirnya menghadap Tuhan Rabbul laut hanya dengan tongkatnya. Nabiyullah Shalih AS mampu mengeluarkan seekor unta yang amat besar dari celah-celah batu.
Sedangkan, Nabiyullah Isa as mampu menghidupkan kembali orang mati, walaupun sudah lama dikubur. Dengan mudah Nabi Isa menyembuhkan orang buta dan sakit kusta seperti sedia kala, bahkan mampu memohon-kan dari langit hidangan makanan yang siap santap bagi Bani Israil.
Semua mukjizat tersebut, semata-mata menunjukkan kekuasan Allah Yang Maha Agung. Dan lebih dari itu, menunjuk-kan bahwa Nabi-Nabi tersebut adalah benar-benar diutus oleh Allah untuk membawa ajaran agama kepada ummat manusia.
Dalam ilmu Aqidah dijelaskan bahwa kedudukan mukjizat bagi seorang Rasul adalah sama dengan kedudukan pernyataan Allah kepada manusia: “Wahai umat manusia, ini adalah benar seorang Nabi utusan-Ku. Apa yang dia sampaikan ini adalah benar-benar dari-Ku:”
“Maka berbahagialah orang-orang yang membenarkannya dan taat kepada-Nya. Dan sebaliknya celakalah orang-orang yang mendustakan dan menentangnya.”
Lebih-lebih junjungan kita Nabi Muhammad SAW selaku Nabi akhir zaman, ketika umat manusia mencapai puncak ‘Alamin adalah guna diperlihatkan kepada-nya sebagian dari tanda-tanda keagungan serta kekuasaan Tuhan di seluruh alam. Sebagaimana pernyataan Allah dalam permulaan surat Al-Isra’
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad SAW) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang Kami berkahi sekelilingnya untuk Kami tunjukkan kepadanya sebagian dari ayat-ayat Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Isra’: 1)
Mukjizat memang hanya diberikan kepada para Nabi dan Rasul yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai bukti kebenaran risalah yang dibawanya.
Adapun definisi mukjizat adalah: Suatu kejadian yang luar biasa yang bersamaan dengan pengakuan seorang Nabi dan tidak ada yang bisa menandingi
Maka melihat definisi ini jelas bahwa Isra’ Mi’raj merupakan mukjizat besar bagi Nabi Muhammad SAW. Dengan waktu yang sangat singkat dan perjalanan yang amat jauh menjelajah darat dan ruang angkasa melampaui tujuh langit sampai Sidratil Muntaha, menjenguk surga, dan memantau neraka. Berjumpa dengan para Nabi dan semua Rasul, bertemu para Malaikat dan para makhluk mulia, diperlihatkan umat-umat terdahulu baik yang bahagia maupun yang sengsara.
Dengan pada akhirnya beliau bermunajat langsung dengan Allah Rabbul ‘Alamin guna menerima tugas mulia berupa
shalat lima waktu bagi beliau dan umatnya yang beriman.
Dari rangkaian peristiwa agung itu kita dapat memetik hikmah hikmah antara lain:
- Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, dengan segala keagungan
- Menambah syukur dan mahabbah kita kepada Rasul Muhammad SAW, sebagai Asyraful anbiya’ wal mursalin.
- Kandungan peristiwa itu menyangkut pokok-pokok ajaran islam berupa keimanan, syariat, maupun akhlak manusia.
0 Comments