DOA SENJATA ORANG MUKMIN
Oleh: Nurul Yaqien, M.Pd.*
Manusia sebagai mahluk sosial tidak akan lepas dari berbagai masalah yang muncul dalam kehidupannya. Ketika manusia sudah tidak dapat mengandalkan kemampuannya, sudah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan semua masalahnya akan tetapi belum juga kunjung selesai, maka pada saat itulah ia akan pasrah dan me-minta tolong (berdoa) kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Ia merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk menyelesaikan per-masalahannya, karena ia sadar bahwa manusia hanya dapat berusaha akan tetapi keberhasilan dari usahanya bukan ia yang menentukan akan tetapi Allah-lah yang menentukan.
Bagi orang mukmin do’a meru-pakan senjata yang sangat ampuh untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ia hadapi di dunia ini. Rasulullah Saw. bersabda: ” Do’a adalah senjata seorang mu’min, tiang agama dan cahaya langit dan bumi (HR. Hakim). Do’a akan menjadi senjata ampuh bagi orang mu’min, hanya saja terkadang ada sebagian manusia yang kurang yakin akan kehebatan do’a yang ia panjatkan. Maka tidak heran, apabila ada orang yang tidak dikabulkan doanya sehingga menyangsikan kekuatan do’a sebagai senjata ampuh dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ia hadapi.
Kehebatan sebuah senjata ter-gantung pada pemakainya, bukan hanya diperlukan ketajamannya saja akan teta-pi juga kekuatan lengan untuk menga-yunkan senjata tersebut serta tidak ada-nya penghalang yang dapat mengha-langi senjata kita untuk membunuh musuh. Apabila ketiga perkara ini yaitu ketajaman, kekuatan lengan dan tidak adanya penghalang terpenuhi, maka dapat diyakini bahwa senjata tersebut akan bermanfaat bagi penggunanya, dan sebaliknya apabila senjata tersebut tum-pul, lengan tidak dapat diayunkan dan ada penghalang pada musuh maka sudah tentu tidak akan dapat mencapai keinginan yang diharapkan. Demikian pula doa, apabila doa itu di lakukan dengan benar niscaya do’a tersebut akan menjadi senjata ampuh bagi setiap mukmin.
Sering kali kita mendengar orang berkeluh kesah bahwa ia telah banyak berdo’a atau memohon kepada Allah Swt. baik siang maupun malam akan tetapi do’a yang ia panjatkan kepadaNya tidak juga kunjung dikabulkan. Padahal Allah Swt. telah berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku berta-nya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawa-blah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku menga-bulkan per-mohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku (QS. Al-Baqoroh:186)
Permasalahan ini apabila sese-orang tidak didasari oleh iman yang kuat serta pengetahuan tentang do’a yang benar akan dapat membuat orang men-jadi ragu akan kebenaran firman Allah, dan bahkan menyeret ia pada kekufuran.
Dalam Al-Qur’an juga telah dise-butkan bahwa Allah Swt berfirman: “berdo’alah kepadaKu niscaya Aku kabul-kan untuk-mu” (QS.Al Mukmin 60). Ayat- ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Allah Swt. akan mengabulkan do’a siapa saja dari hambaNya, yang mau memohon ke-padaNya selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturrahim. Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada seorang mus-limpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemu-tusan silaturrahim melainkan Allah akan memberinya satu diantara tiga hal berikut : mengabulkan doanya di dunia ini menga-bulkannya di akhirat nanti atau memaling-kannya dari satu keburukan yang seban-ding dengan doanya” (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi, Ibn Abi Syaibah dan Abu Ya’la). Keterangan hadits ini menunjukkan bahwa ketika ada orang yang berdoa dan tidak dikabulkan oleh Allah berarti ada sesuatu yang salah (yang mencegah terkabulkan-nya doa) pada diri orang yang berdoa tersebut. Apabila kesalahan-kesalahan itu tidak dilakukan niscaya doanya akan didengar dan dikabulkan oleh Allah Swt.
Permasalahan ini pernah terjadi ketika seorang bertanya pada Ibrahim Bin Adham ra, tentang mengapa doa kita tidak dikabulkan? lalu Beliau menjawab: “Sebab hati kalian telah mati” kemudian orang itu bertanya lagi: “Apa yang membunuhnya”? lalu Syeh Ibrahim menjelaskan ada delapan perkara yang menyebabkan hati menjadi mati.
Pertama: Kalian mengetahui hak-hak Allah tapi kalian tidak memenuhinya. Kedua: kalian membaca Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkan isinya. Ketiga: kalian mengaku cinta kepada Nabi Muhammad Saw tetapi tidak mengamalkan sunnah-sunnahnya. Keempat: kalian menyatakan takut mati tetapi tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Kelima: Allah telah mewahyukan: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu maka jadikanlah ia sebagai musuhmu. (QS. Al-Fathir:6) tetapi kalian justru mentaati ajakannya untuk bermaksiat pada Allah. Keenam: kalian mengaku takut pada siksa neraka tetapi kalian tenggelamkan tubuh kalian ke dalamnya. Ketujuh: kalian menyatakan cinta surga tetapi tidak beramal untuknya. Kedelapan: ketika bangun tidur kalian lem-parkan aib-aib dibelakang punggung kali-an dan kalian hamparkan aib orang lain di depan mata kalian. Kalian membuat Allah murka. Jika semua ini kalian lakukan bagaimana doa kalian akan dikabulkan?. jawab Ibrahim bin Adham.
Allah Pasti akan mengabulkan doa kita selama doa itu dipanjatkan dengan tidak dilakukan niscaya doanya akan didengar dan dikabulkan oleh Allah Swt. benar diantara syarat dikabulkan-nya doa adalah makanan dan pakaian yang halal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah menyebut-kan bahwa ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh sehingga ram-butnya acak-acakan dan berdebu lelaki itu kemudian menengadahkan tangan lalu berdoa Duhai Tuhanku… Duhai Tuhanku.. sedangkan makanannya haram, minu-mannya haram, pakainannya haram, bagaimana mungkin doanya akan dikabul-kan kata Rasulullah.
Di samping menghilangkan peng-halang diterimanya doa juga ada keten-tuan-ketentuan yang harus dilakukan dalam melakukan do’a agar doa kita di kabulkan oleh Allah Swt. Di antara keten-tuan tersebut menurut Said Bin Ali bin Wahf Al-Qahthani yaitu: Pertama: harus Ihlas, yaitu membersihkan do’a dan amal dari segala yang mencampurinya dan menjadikannya hanya untuk Allah semata, tidak karena riya’, tidak pula karena som-bong, melainkan hanya mengharap ridlo Allah semata.
Kedua: mengikuti Rasulullah (dalam tatacara berdo’a) dan ini adalah syarat diterimanya seluruh ibadah. Yaitu dengan menegakkan syari’at dan sunnah-sunnah yang telah di ajarkan oleh Rosulullah Saw kepada umatnya.
Ketiga: percaya dan yakin bahwa do’a kita diterima oleh Allah. Sebab keka-yaan Allah Swt. tidak akan pernah habis diberikan kepada seluruh mahluk-Nya seperti yang termaktub dalam hadits Qudsi Allah Swt. berfirman: “Wahai ham-baKu seandainya semua mahluk dari yang pertama sampai yang terakhir dari jenis manusia dan jin semuanya berdiri di satu tempat yang tinggi lantas memohon kepada-Ku lalu Aku berikan setiap orang akan perbuatannya maka tidaklah ber-kurang kekayaan-Ku karena memenuhi permintaan mereka itu melainkan ibarat air laut dimasukkan jarum kedalamnya. (HR. Muslim)”
Seorang muslim yang mengetahui hadits tersebut maka pastilah ia tidak akan ragu-ragu lagi bahwa do’anya akan dika-bulkan. Doa dengan keyakinan yang kuat merupakan salah satu syarat terkabulnya do’a. Hal tersebut telah diterintahkan oleh Rosulullah Saw yang telah di riwayatkan oleh Abu Hurairoh ra. bahwa Rosulullah Saw. bersabda Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan terkabul do’amu tersebut. (HR. At-Tirmidzi).
Keempat: Menghadirkan hati dikala berdo’a. Yaitu memohon kepada Allah Swt dengan khusyu’ dan penuh harapan. Seba-gaimana pendapat Imam Ibn Rajab Dalam Musnad Imam At-Tirmidzi, Abu Hurairoh meriwayatkan bahwa Rosulullah Saw ber-sabda: “Berdo’alah kamu kepada Allah sedang kamu yakin akan terkabul do’amu tersebut, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a yang hatinya lalai dan tidak serius. (HR. At-Tirmidzi)”.
Kelima: ada keinginan yang kuat dan kesungguhan dalam berdo’a. (tidak main-main). Seorang muslim hendaknya berdoa memohon kepada Allah Swt dengan keinginan yang kuat dan kesungguhan dalam berdoa. oleh karena itu Rosulullah Saw melarang berdoa dengan istisna’ (mengecualikan dengan mengatakan jika engkau menghendaki).
Dari Anas Rasulullah Saw bersabda: Apabila berdoa salah seorang diantara kamu maka hendaklah ia memiliki keinginan yang kuat dalam berdo’a, janganlah ia berdoa Ya Allah jika Engkau menghendaki berikanlah kepadaku, sesungguhnya Allah tidak ada yang dapat memaksaNya. (HR. Bukhori Muslim).
Walhasil mudah-mudahan dengan mengetahui, meng-hayati, dan mengamalkan berbagai hal tentang diterimanya do’a, menjadikan setiap doa kita mustajab/diterima oleh Allah Swt. Amien…
*Beliau adalah Kepala Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang sekaligus Dosen di UIN Malang
0 Comments