Hikmah di balik Tanaman Semangka
Oleh: Mohammad Sofi Anwar
Di dunia ini sesuatu yang besar tidak selalu dari yang besar. Bukti nyata tuh, pohon beringin. Pohon beringin, pohonnya besar tapi buahnya kecil, sekutil. Beda sama semangka. Tanaman semangka, walaupun batangnya kecil, tapi buahnya besar. Iya to…?. Apasih, amalan semangka itu ? ternyata semangka tumbuh di ladang, akarnya tidak mengalahkan tanaman lain, tumbuh rendah merambat di tanah.
(Ustadzah Mumpuni Handayayekti)
Tarik sis… Semongko
Pasti kita sering mendengar ungkapan ini. Ungkapan yang diambil dari sebuah lagu yang akhir-akhir ini sempat eksis di kalangan masyarakat. Ada apa dengan buah semangka ? dan kenapa harus buah semangka ? bukan melon, apel atau jeruk. Tanaman semangka adalah tanaman yang istimewa walaupun batangnya kecil, lemah, dan tumbuh rendah merambat di tanah. Walau demikian, Allah menjadikan tanaman semangka sebagai salah satu ayat kauniyahnya. Ayat kauniyah adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang terhampar di muka bumi. Bukan hanya semangka, ada banyak sekali tanda kekuasaan Allah pada diri makhluknya yang jelek dan berbau busuk sekalipun.
Dikisahkan dalam kitab An Nawadir, bahwa ada seorang laki-laki yang melihat seekor kumbang. Laki-laki itu menganggap bahwa kumbang adalah binatang yang jelek dan berkata, “makhluk ini sangat buruk, bentuknya jelek dan baunya busuk. Untuk apa Allah menciptakannya ?”. Singkat cerita, laki-laki itu diuji oleh Allah dengan penyakit kulit yang sangat parah dan menjijikan. Setelah berbulan-bulan mencari tabib yang terkenal, akhirnya menemukannya dan tabib itu mengatakan bahwa obat penyakit kulit laki-laki itu adalah abu dari seekor kumbang yang dibakar dan ditaburkan ke kulit yang terkena penyakit. Kemudia laki-laki itu sadar bahwa kumbang yang jelek dan berbau busuk itu menyimpan manfaat yang besar. Oleh karenananya Allah mengajarkan kita dengan do’a
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّاِر
Artinya: Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, lindungi kami dari adzab neraka.
Selain kumbang yang berbau busuk, Allah juga meletakkan hikmah yang besar dibalik pohon semangka, seperti yang diungkapkan sebelumnya. Jika kita perhatikan, tanaman semangka memiliki batang yang kecil, batangnya merambat di tanah, cara menananmya memerlukan teknik yang cukup rumit, pemberian pupuknya harus seimbang, dan air harus diberikan sesuai kadar yang dibutuhkan. Lalu di manakah letak hikmah yang diberikan Allah dari tanaman ini ?
Coba kita perhatikan lagi tanaman semangka. Tanaman semangka memiliki akar yang tumbuh rendah merambat di tanah. Hal ini mencerminkan kepribadian seorang manusia yang rendah hati dan tidak sombong. Dalam hal ini Allah mengisyaratkan kepada kita untuk selalu bersikap rendah hati atau andhap asor atau kita sering menyebutnya tawadhu’. Tawadhu’ adalah Tidak merasa sombong dan tidak merasa lebih bagus dari orang lain. Dengan memiliki sikap tawadhu’ Allah akan mengangkat derajat kita. Sebaliknya, orang yang sombong akan dijatuhkan oleh Allah. Sombong adalah akhlak yang sangat tercela. Saking tercelanya sifat sombong, Rasul SAW bersabda dalam hadis yang diriwayatkan imam muslim,
لايدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر
Artinya: tidak akan masuk surga orang yang di hatinya terdapat sifat sombong meskipun seberat biji sawi.
Hikmah lain dari tanaman semangka adalah teknik penanamannya yang rumit, oleh karenanya membutuhkan kesabaran dalam merawat tanaman semangka ini. Harus sabar merawat artinya harus sabar menghiasi dengan kepribadian yang mulia dan beribadah dengan istiqomah. Ibarat tanaman semangka harus diberi pupuk dan air secara teratur dan konsisten, maka dalam hidup hendaknya kita selalu istiqomah berbuat kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah.
Istiqomah itu lebih baik dari seribu karamah. Ungkapan ini pasti tidak asing di telinga kita. Ada banyak hal kecil yang berdampak besar jika kita lakukan dengan istiqomah. Diantaranya sholat berjama’ah, mengawali hal baik dengan basmalah, memperbanyak istighfar dan sholawat.
Sholat berjama’ah adalah sholat yang dikerjakan bersama-sama dan dipimpin oleh seorang imam. Sholat berjama’ah memiliki banyak keutamaan. Diantara keutamaannya yang paling masyhur adalah dilipatkan pahala sebanyak 27 kali lipat. Hal ini di dasarkan pada hadits nabi yang diriwayatkan imam bukhari yang artinya “sholat berjamaah itu melebihi keutamaan sholat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat”. Istiqomah dalam berjamaah membutuhkan pembiasaan sejak dini. Penulis sering mendapat nasehat, bahwa istiqomah sholat berjamaah dapat menjadi sebab tertatanya hidup kita, segala urusan dipermudah, dan masa depan menjadi cerah.
Selain sholat berjamaah, hal kecil yang yang berdampak besar adalah mengawali hal baik dengan basmalah dan mengakhirinya dengan hamdalah. Dalam hadits yang diriwayatkan imam bukhari bahwa “Segala sesuatu (aktivitas yang baik) yang tidak dimulai dengan bismilah akan terputus (nilai keberkahannya)”. Ada banyak hal baik yang hendaknya kita awali dengan basmalah seperti berangkat ke sekolah/kampus, belajar, makan, tidur, dan masih banyak lainnya.
Amalan yang tidak kalah penting untuk diistiqomahkan adalah bacaan istighfar dan sholawat. Nabi muhamad yang terjaga dari dosa dan dijamin masuk surga saja membaca istighfar sebanyak seratus kali. Apalagi kita, sebagai seorang manusia yang tidak luput dari dosa. Berapa kali kita berisitighfar sehari semalam ? jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Selain istighfar, hendaknya kita memperbanyak sholawat, mimimal sehabis salat fardhu sebanyak 100 kali. Sholawatnya tidak harus yang panjang. Cukup sholalallahu ‘ala muhamad. Yang penting istiqomah, insya Allah berkah.
Segala sesuatu yang besar tidak selalu dari yang besar, inilah hikmah terakhir dari tanaman semangka yang disampaikan dalam tulisan singkat ini. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa tanaman semangka memiliki batang yang kecil tapi berbuah besar. Seperti halnya manusia. Sekalipun jadi petani, sekalipun jadi kuli bangunan, bahkan tukang sapu jalan, asalkan hidupnya bertaqwa kepada Allah, maka akan memperoleh himah yang besar. Maka jangan heran, jik ada anak petani bisa jadi presiden, ada anak tukang becak bisa jadi pejabat. Penulis teringat dengan nasehat KH. Hasyim Muzadi ketika ceramah di istana negara beberapa tahun yang lalu. Kurang lebih isinya seperti ini
Banyak orang desa, bodoh, miskin, tapi bersih, dan berdo’a supaya anaknya jadi ulama, anaknya jadi inlektual, anaknya jadi presiden, anaknya jadi tokoh dunia, sementara yang sudah (merasa) pintar tadi, anaknya terkena narkoba, terkena ini dan itu, jadi kebersihan melahirkan kebesaran. Tapi penggunaan kebesaran yang tidak bertanggung jawab, dia akan memukul dirinya sendiri.
Dari nasehat KH. Hasyim Muzadi ini, dapat kita simpulkan bahwa orang yang besar tidak selalu dari yang besar. Bahkan Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim, beliau lahir dari keluarga sederhana, bahkan baginda rasul dikala kecil menjadi seorang penggembala kambing. Tapi atas kegigihan, ketaqwaan dan akhlak yang sangat mulia menghantarkan nabi menjadi pemimpin umat manusia se-alam jagad raya.
Wallahu a’lam
0 Comments