TABARRUKAN BULAN MAULID DAN TRADISI KIRAB BUDAYA TELUR HIAS
TABARRUKAN BULAN MAULID DAN TRADISI KIRAB BUDAYA TELUR HIAS
Banyak cara dilakukan kaum muslimin untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Berbagai macam kegiatan dilaksanakan untuk ta’dzim terhadap sayyidina Muhammad SAW. Di Ponpes Anwarul Huda Karangbesuki Sukun kota Malang tiga kegiatan sekaligus dilaksanakan, dan sudah menjadi tradisi tahunan untuk menyemarakkannya.
Tiga kegiatan tersebut yakni pengajian kitab al-barzanji yang berjudul ‘Ainur Roji, syarah dari kitab Al Barzanji yang membahas sirrah nabi dari lahir sampai wafat dan ditulis oleh beliau KH. M. Baidowi Muslich selaku pengasuh pondok, arak-arakan atau kirab telur yang diikuti oleh 12 TPQ sekitar 759 santri di kelurahan Karangbesuki, dan pengajian yang diikuti oleh warga, santri TPQ dan santri pondok sendiri.
Kegiatan pertama, yakni pengajian yang dilakukan setelah jama’ah sholat shubuh sampai jam bertempat di halaqah satu tepat berada di depan ndalem. Pengajian kitab ini dimulai pada tanggal 02 november 2019 M atau bertepatan dengan 5 Rabiul Awwal 1441 H. Pengajian wajib diikuti oleh seluruh santri pondok. Pengajian selalu diawali dengan membaca laqod jāakum dan teks yang akan dibahas bersama-sama sebelum dijelaskan atau dimaknai oleh beliau. Ketika akhir pengajian, teks yang telah dimaknai dan dijelaskan kembali dibaca bersama-sama sebelum akhirnya ditutup dengan bacaan Allahul Kafi. Pengajian kitab al-barzanji lantaran sudah jarang digunakan padahal isi dari kitab ini sangat bagus untuk menambah serta memperdalam wawasan santri, oleh sebab demikian pengasuh ponpes Anwarul Huda mengaji kitab ini.
Kegiatan kedua yang menjadi tradisi dan sudah dilaksanakan beberapa tahun kebelakang ini adalah kirab telur yang diikuti oleh TPQ se-Karangbesuki sebagai pesertanya. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 november 2019 atau bertepatan 13 Rabiul Awwal 1441 H. Kirab telur atau dalam tradisi Banyuwangi disebut dengan “endhog-endhogan” yakni mengelilingi kampung dengan membawa rangkaian telur yang dihiasi dengan berbagai hiasan dengan berwarna-warni sehingga membentuk bermacam-macam bentuk, seperti bunga, lampion, kubah, dan lain sebagainya. Hiasan-hiasan itu ditancapkan ke sebuah dhebog atau Jodhang (batang pisang yang dipotong dan diberi penyangga). Banyak versi dalam memaknai telur dan dhebog atau jodhang, telur yang terdiri dari Kulit, putih dan kuning telur ada yang memberi makna Kulit telur artinya iman, putih telur artinya Islam, dan kuning telur artinya Ikhsan. sedangkan makna pohon pisang adalah sejenis pohon yang tidak mau mati sekalipun dipotong berkali-kali. Pohon itu baru akan mati jika sudah memberikan manfaat bagi yang lain. Kirab di buka oleh pengasuh dari halaman depan ponpes Anwarul Huda dan kembali di tempat yang sama. kirab dimulai pada jam 7 pagi dan selesai pada jam setengah sembilan. Rute yang dipakai adalah perkampungan sekitar pondok pesantren. Peserta mengikuti kirab dengan membawa telur yang telah di hias dengan berbagai kreasi.
Sepanjang jalan para santri TPQ yang mengikuti kirab telur ini tampak bersemangat dalam melantunkan sholawat nabi sesuai dengan kreasi masing masing kelompok. Hal ini karena kirab telur bukan pawai pada umumnya, melainkan juga sebagai ajang perlombaan sehingga memotivasi santri yang ikut untuk menjadi pemenang dalam acara ini. Penilaian pemenang kirab telur diambil dari unsur kreatifitas, kekompakan dan keserasian. Penyerahan hadiah lomba dilakukan langsung setelah acara selesai rangkaian kegiatan.
Setelah kirab selesai para peserta kembali ke pondok untuk mengikuti pengajian umum. Acara pengajian dalam rangka peringatan maulid nabi ini bertema sesuai sabda nabi yakni من أحبني كان معي في الجنة. Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC dengan pembacaan surat al-fātihah dilanjut dengan pembacaan ayat suci al-Quran oleh santri PPAH dilanjut dengan sambutan disambung santunan anak yatim dan du’afa yang secara simbolis diberikan oleh K.H Muhammad Baidowi Muslich, kemudian mauidloh hasanah oleh Al-Habib Asadullah bin Alwy Alaydrus, dilanjut doa dan penutup.
Dalam sambutannya K.H M. Baidowi Muslich menyampaikan makna peringatan maulid nabi adalah kebahagiaan atas kelahiran kanjeng Nabi Muhammad SAW dan menjadi hadiah serta rahmat yang sangat agung bagi umatnya. Maka diperintahkan oleh Allah memperingati kelahiran beliau meskipun perintah itu tidak secara langsung disampaikan di dalam al-Qur’ran. Sejalan dengan itu dalam mauidlohnya Al-Habib Asadullah bin Alwy Alaydrus menyampaikan bahwa sebenarnya bulan Rabiul Awwal bukanlah termasuk bulan yang dimuliakan (asyhurul khurum) akan tetapi berkat kelahiran nabi, Rabiul Awwal menjadi bulan yang mulia.
Begitu besarnya pengaruh Nabi Muhammad terhadap kehidupan di dunia maka sudah sepatutnya bagi umatnya merayakan dan menyemarakkan kelahiran nabi Muhammad SAW sehingga kelak pantas menerima syafa’at dari beliau. Di penghujung acara, warga berebut telur yang berada di depan panggung dengan mengharap keberkahan yang didapatkan olehnya dan juga pengumuman tiga peserta kirab telur pertama yang diraih oleh TPQ Hidayatul Khoir, juara II diraih oleh TPQ Roudhotul Jannah, dan juara III diraih oleh TPQ Miftahul Jannah.
Kegiatan pengajian melibatkan warga sekitar yang turut membantu tersukseskannya acara ini. Hikmah dari acara yang sukses diselenggarakan tersebut bertujuan untuk syiar Islam dengan budaya local, sebagai dakwah rahmatan lil alamin sehingga mampu menumbuhkan dan memperkuat kecintaan jama’ah kepada Nabi Muhammad Saw. serta mampu meneladani beliau dalam menjalankan syariat Islam. Semoga dengan hormat ta’dzim memperingati hari besar kelahiran sayyiduna Muhammad SAW mendapat keberkahan serta syafa’at kelak di hari kiamat.
Oleh: Wahyu Fahriyan
0 Comments