KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN DAN MALAM NISHFU SYA’BAN

Published by Ponpes Anwarul Huda on

Oleh: KH M Baidowi Muslich

 

Telah kita maklumi bahwa pada umumnya manusia menganggap mulia suatu tanggal, hari, atau bulan itu dikarenakan pada saat-saat tersebut pernah terjadi suatu peristiwa bersejarah.

Kemudian umat manusia memuliakan hari atau bulan tersebut untuk mengenang sejarah, di samping guna mengambil suatu pelajaran yang sekaligus dijadikan pedoman guna mengisi dan menghiasi kehidupan dunia ini sehingga lebih bermakna untuk kehidupan mendatang.

Demikian pula kiranya umat Islam tidak bisa meninggalkan sejarah, karena setiap sholat lima waktu dibacanya surat al-Fatihah/Ummul Kitab yang memberi isyarat agar kita mempelajari sejarah.

Saat ini kita berada di bulan mulia menurut Islam yaitu bulan Sya’ban, berhadapan dengan bulan Ramadlan sesudah kita tinggalkan bulan Rajab. Dari segi sejarah bahwa bulan Sya’ban adalah bulan terjadinya tahwil al qiblat. Rasulullah bersama para sahabat selama 16 bulan shalat menghadap Baitul Maqdis kemudian pada bulan Sya’ban turunlah perintah perubahan kiblat.

Dengan jelas dapat kita baca dari hadits-hadits bahwa junjungan kita nabi Muhammad SAW memuliakan bulan Sya’ban.

  1. Nabi berdoa di kala masuk bulan Rajab:

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya:  Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadlan.

  1. Nabi banyak melakukan puasa di bulan Sya’ban
  2. Anas bin Malik meriwayatkan hadits:

وَكَانَ أَحَبُّ الصَّوْمِ إِلَيْهِ فِيْ شَعْبَانَ (رواه أحمد والطبراني)

  1. Aisyah meriwayatkan bahwa: Nabi pernah berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya dan Nabi menyatakan kepada Aisyah bahwa di bulan Sya’ban inilah Allah menetapkan segala sesuatu yang mati pada tahun ini. Maka saya senang jika dating ajalku sedang saya dalam keadaan berpuasa.

فَأُحِبُّ أَنْ يَأْتِيَنِيْ أَجَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ (حديث حسن رواية أبو يعلى)

  1. Aisyah pernah berceritera bahwa: pada suatu malam Rasulullah SAW shalat dan sujudnya panjang sekali sehingga Aisyah menyangka bahwa Nabi meninggal dunia. Setelah didekati ternyata terdengarlah bahwa Nabi sedang berdoa di kala sujud itu:

أَعُوْذُ بِعَفْوِكَ مِنْ عِقَابِكَ

وَأَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ

وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ إِلَيْكَ

لَا أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Setelah Nabi bangkit dari sujudnya dan selesai shalatnya, Nabi mengatakan kepada Aisyah:

يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْتِ أَنَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خاس بِكِ؟ قُلْتُ: لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلكِنِّيْ ظَنَنْتُ أَنَّكَ قُبِضْتَ لِطُوْلِ سُجُوْدِكَ. فَقَالَ: أَتَدْرِيْنَ أَيُّ لَيْلَةٍ هذِهِ؟ قُلْتُ: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: هذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ (البيهقي حديث جيد)

Itulah sebabnya Rasulullah SAW menganjurkan agar orang shalat pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya.

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرُ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقُهُ، أَلَا مِنْ مُبْتَلًى فَأُعَافِيْهِ، أَلَا كَذَا وَكَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ (ابن ماجه عن علي رضي الله عنه)

“Ketika terjadi malam Nishfu Sya’ban hendaklah engkau sekalian shalat pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, sebab Allah Ta’ala pada malam hari itu turun ke langit dunia semenjak terbenam matahari dan Allah berfirman: adakah orang yang minta ampun maka Aku mengampuninya? Apakah ada orang yang minta rizki maka Aku memberinya rizki? Apakah ada orang yang kena bala’ maka Aku selamatkannya? Apakah ada ……? apakah ada ……? Demikian sampai waktu fajar.”

Di samping itu Usamah bin Zaid ra. bertanya kepada Nabi SAW:

يَا رَسُوْلَ اللهِ لَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ (رواه النسائي)

“Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa dalam bulan-bulan seperti bulan Sya’ban ini? Rasulullah menjawab: Bulan Sya’ban itu adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, antara Rajab dengan Ramadlan. Bulan Sya’ban itu bulan dilaporkannya segala amal kepada Allah Rabbul ‘Alamin. Dan aku senang jika amalku dilaporkan pada saat aku sedang berpuasa.”

Demikianlah semoga isi tulisan ini ada guna dan manfaatnya terutama dalam mengisi malam Nishfu Sya’ban dan bersiap diri menghadapi masa transisi, menyambut datangnya tamu agung yaitu bulan suci Ramadlan mendatang. Semoga diterima amal kita, Aammin Rabbal ‘Alamin.

 


0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *